Wednesday 24 October 2007

Maaf ya Pak...

Kemarin saya, arie -sahabat saya- dan beberapa teman sedang ngobrol di depan kantor dosen. Kemudian Pak Kris, dosen listening semester 3, lewat. Kamipun berniat meminta maaf sekaligus berlebaran dengan sang bapak. Belum sempat saya dan Arie mengatakan maaf, sang bapak langsung menunjuk kami berdua dan mengatakan sambil tersenyum:
"Kalian sudah saya maafkan"
Kami berdua cuma tersenyum. Kemudian sang bapak ngobrol dengan kami semua dengan narsisme-nya yang ternyata biarpun lebaran,belum hilang juga. Saya kembali teringat kejadian lucu dengan sang bapak. Jauh sebelum bulan puasa, saya dan Arie bahkan sudah meminta maaf pada beliau atas kesalahan-kesalahan yang telah kami perbuat. Jujur, Pak Kris, bagi saya pribadi adalah dosen, teman, sekaligus musuh. Biarpun narsis, pintar memutarbalikkan keadaan, sering bertengkar dan berdebat baik hal yang bermutu ataupun sekedar mengenai arti suatu kata, beliau tetaplah dosen yang layak untuk dihormati.
Nah, ceritanya, dulu saya merasa kehilangan saat-saat pertengkaran dan perdebatan dengan beliau. Biasanya, kami bisa berdebat ataupun berdiskusi dengan seru, bahkan bertengkar mengenai suatu hal,apapun itu. Tapi untuk beberapa waktu itu, beliau jadi orang lain. Tidak ada lagi diskusi, pertengkaran, perdebatan, dan beliau jadi suka mengalah. Walaupun bagi sebagian besar teman saya hal tersebut berarti bagus, tapi bagi saya, hal itu membuat suasanan belajar jadi tidak menyenangkan lagi.
Kemudian ditambah lagi sebelum semua itu terjadi, saya dan Arie melakukan perbuatan yang seharusnya tidak kami lakukan, sehubungan dengan Pak Kris. Ya...namanya mahasiswa, kadang kekesalan pada seorang dosen bagaikan tak terbendung lagi. Hehehe.Tapi saat itu, kami murni bercanda. Lalu kamipun mengirim sms permintaan maaf buat beliau. Tidak dibalas...
Tapi lambat laun, sang bapak kembali lagi dengan kebiasaan yang dulu. Senangnya...Ada dosen yang rasanya bagaikan teman sendiri ni! Makanya itu...pas beliau mengatakan bahwa beliau sudah memaafkan kami lebih dulu, saya jadi teringat masa lalu.

ps: Dari semester satu, teman-teman saya tidak suka dengan beliau karena memberi nilai yang jelek pada hampir seluruh siswa. Tapi entah kenapa, saya dan Arie dari awal semester, sudah menganggap bahwa Pak Kris adalah orang yang menyenangkan. Teman-teman selalu menjuluki saya dengan sebutan 'anaknya Pak Kris'. Dan akhirnya, teman-teman sekarang malah berbalik menyukai beliau. Dasar tu anak-anak...Tak kenal maka tak sayang.

1 comment:

Batari Saraswati said...

kebanyakan kita memang cenderung tidak menyukai dosen yang memberi nilai jelek.

padahal hati di dalam siapa yang tahu ya :)